DIMANAKAH ALLAH ?
BY EDY PURNOMO,M.Si
Al Kisah pada suatu hari Khalifah Umar bin Khatab ke Mekah. Ketika berada di tengah perjalanan, senja pun tiba. Waktu itu ia berada pada tempat yang jauh dari perkampungan. Disekelilingnya tidak ada satupun perumahan atau perkampungan untuk menginap. Tampaknya disana jarang ada orang. Apalagi untuk menetap. Tempat itu sangat sepi, sementara hari semakin larut, maka dia memutuskan untuk mendirikan kemah dan bermalam di tempat itu, lalu keesokan harinya melanjutkan perjalanan.
“ Wahai ternyata ada juga Hamba Allah di tempat yang sunyi ini “ pikir khalifah Umar.” Akan tetapi, tempat yang jauh dan terasing dari ibukota (pemerintahan), itu sudah terjaminkah kesejahteraan masyarakat dan negarannya ?
“ Tergeraklah hati beliau untuk menguji keadaan anak negerinya. Dipanggilnya budak gembala yang mengiring biri-biri itu. “ Juallah seekor saja biri-birimu ! “. Demikian kata beliau.
Budak gembala itu segera menjawab, “ Sesungguhnya hamba sekedar budak, tidak ada kuasa untuk menjualnya, sebab semua milik majikan saya !”
Khalifah Umar berkata pula, “ Katakan saja kepada tuanmu, di terkam Srigala !”
Demikian masuk akalnya saran Khalifah Umar itu. Seekor dari seratus ekor pasti tidak akan diketahui, lagi pula bukankah layak ada Srigala ditempat yang demikian sunyi seperti itu ?
Lagi pula tidak akan ada yang mengatakan kepada tuanmu, bukankah yang tahu hanya kita berdua ?
Terlintas dalam pikiran budak itu untuk lalai dan terbujuk. Akan tetapi, tiba-tiba dari mulutnya keluar kata-kata, “ Jika demikian, DIMANAKAH ALLAH ? Dapatkah kita bersembunyi dari intaian-Nya…..? Bukankah, Dia melihat segala yang kita lakukan….? Lalu….., Dimana ……Allah…….????!!!!!!!
Air mata lelaki budak itu mengucur deras, karena rasa sedih, dan disebabkan takutnya kepada Allah.
Khalifah Umar bagai baru terbangun dari tidur panjang. Keduanya terpaku, hati mereka bergetar merasakan sesuatu yang sejuk yang tiada dapat dilukiskan dengan kata-kata. Ia hormat dan kagumnya bertambah-tambah terhadap lelaki miskin Si Gembala itu. Tanpa mereka sadari air matanya meleleh, dan bibir mereka seakan ada yang menuntun, mengikuti pekikan yang terus bergema, “ DIMANAKAH ALLAH..!!!! DIMANAKAH ALLAH …???.!!!! “
Mereka bagaikan berenang dalam lautan cinta iIlahi, Allah bersama mereka, dan senantiasa bersama Allah. Setelah melepaskan rindunya kepada Allah dan menemukan telaga Illahi yang baru didapatkan, Dia kembali merasa tenang.
Gurun pasir sunyi, senyap, penuh ketenangan, kebahagiaan yang sukar dilukiskan. Khalifah Umar bergumam seakan berbicara kepada dirinya sendiri.
“ Ya…Junjunganku Rasullullah ! Berbahagialah Engkau, karena umat-Mu, sesudah paduka pergi, masih ada tetap pada jalan yang Engkau gariskan untuk mereka.
Mereka masih tetap dalam pengakuan Islam yang hidup, yang benar, yang sehat, Islam karyanya, bukan hanya Islam bicaranya. Islam taqwanya bukan hanya Islam pengakuannya. Islam Kalbunya, bukan hanya Islam Lidahnya…….!
Bergembiralah kekasihku…….
Ya…..Rasulullah, karena umatmu umat pahlawan yang banyak beroleh berkah, yang mampu menaklukan hawa nafsu sebelum berhadapan dengan musuh dan tabah menghadapi godaan nafsu angkara murka.
Seseorang tidak akan membangkan kepada Allah, jika ia merasa bersama Allah, dan dia tidak pernah meninggalkan-Nya sekejap-pun. Dalam karya, baik kerja sebagai Karyawan, Pimpinan, Petani, Pedagang, Pejabat, Mahasiswa, Legislatif, Yudikatif, Eksekutif dll, senantiasa dekat dan mengingat-ingat Allah Swt.
Semoga Allah Swt. Senantiasa membimbing kita ke jalan yang di rido’i, damai dan sejahtera Negeriku di bawah Lindungan-Nya……Amin….!
(Di nukil dari buku, Dimanakah Allah ? Mohammad Al Homshi, 1989 Gema Insani Press, Jakarta)
subhanallah.......
BalasHapus